Terburu-buru? Dapatkan ringkasan secara detail.
Menilik dari perkembangan segenap rumah mode legendaris, metamorfosis Balenciaga sejak awal konsepsinya adalah salah satu yang paling menarik untuk disoroti. Pasalnya wajah Balenciaga terus-menerus berubah sesuai perkembangan jaman.
Kami tidak mengatakan bahwa sang rumah mode tak setia pada kode desainnya. Hanya saja, untuk seorang awam—bukan pengamat fesyen—mencari benang merah dalam metamorfosis Balenciaga bukanlah hal yang mudah.
Namun, tidak peduli betapa signifikannya—dan apapun wujud—perubahannya, Balenciaga selalu memiliki pengikut setia.
Ikuti kami membedah metamorfosis Balenciaga dari waktu ke waktu.
Seberapa baik Anda mengenal....
Salah satu penghasil adibusana terbaik pada masanya? Mari bernapak tilas untuk mengetahui metamorfosis Balenciaga. Ialah Cristóbal Balenciaga, dalang di balik studio adibusana bernama Eisa—panggilan dari Ibu sang desainer—pada tahun 1917.

Mendapatkan banyak permintaan untuk mengkreasikan adibusana para aristokrat, pria asal Spanyol ini membuka dua gerai selanjutnya di Madrid dan Barcelona pada era '20an. Layaknya perkembangan rumah mode yang baru dirintis, prominensi Balenciaga baru diraih beberapa tahun setelah debutnya. Ialah pada tahun 1937, saat Cristóbal harus bermigrasi ke Prancis karena Perang Saudara yang sedang terjadi.
Cristobal kembali mendirikan sebuah studio adibusana—kali ini dengan nama Balenciaga—di Paris. Tak lama setelahnya, Cristóbal melejit sebagai salah satu desainer paling eksklusif di pusat mode dunia tersebut.
Salah satu alasan di baliknya adalah teknik yang ia terapkan untuk setiap kreasinya. Alih-alih menciptakan suatu busana dari guratan sketsa atau pola, ia memilih untuk bereksperimen lewat secarik kain.
Menurutnya, kainlah yang menentukan adalah penentu desain sebuah pakaian dan bukanlah pola. Hal ini mengukuhkan kepiawaian Cristóbal dalam hal eksploitasi material.
Cristóbal juga amat dihormati oleh desainer-desainer legendaris yang berjasa mendefinisikan lanskap fesyen, seperti Christian Dior dan Coco Chanel. Ketika menyelam ke liang kelinci internet (rabbit hole), kami menemukan kutipan Coco yang dipamerkan dalam ekshibisi Shaping Fashion di Museum Victoria & Albert, London tahun 2017 silam.
"Cristóbal adalah perancang adibusana dalam arti sesungguhnya. Hanya dirinya yang mampu mentransformasi berbagai tipe material dan benar-benar menjahitnya sendiri. Selain Cristóbal, yang lainnya hanyalah seorang desainer"
Tonggak Pencapaian
Tak seperti peribahasa "kacang lupa kulitnya", Cristóbal tidak pernah melupakan asal usulnya. Sebagaimana metamorfosis Balenciaga dari masa ke masa yang sarat budaya Spanyol. Manifestasinya dapat ditemukan dalam berbagai kreasi adibusana yang kini mendulang status ikon. Bahkan, masih dikenakan sampai saat ini pada perhelatan-perhelatan bergengsi seperti Met Gala dan Oscars.
- Pengaruh Budaya Spanyol
alah satu kreasi yang paling prominen—dan favorit kami—adalah gaun Infanta dari tahun 1939. Gaun ini dikenal karena siluet pinggul nan lebar.

Selain itu, pengaruh budaya Spanyol dapat diemukan pada gaun bak kostum penari flamenco, jaket 'matador', dan gaun hitam bermaterialkan renda.

Sedang memuat...
- Permainan Siluet
Metamorfosis Balenciaga berlanjut saat Cristóbal memprakarsai sejumlah siluet baru dalam ranah mode wanita. Di antaranya adalah: siluet balon pada gaun-gaun Balenciaga di era '50-an; pakaian berpotongan semi-fit dengan leher bundar; lengan bervolume sepanjang siku; dan baju kurung bersiluet longgar (sack dress).

Awalnya desain sack dress orisinal (1957) tersebut dirasa terlalu radikal oleh penikmat fesyen. Umpan balik yang beredar adalah bahwa siluetnya tidak mengaksentuasi lekukan tubuh wanita. Apa lagi, saat itu siluet bak jam pasir yang dipelopori oleh Christian Dior tengah mendominasi. Namun perlahan, desain sack dress justru direplikasi oleh rumah fesyen lainnya dan menjadi tren arus utama (mainstream).

Selanjutnya adalah desain siluet baby doll yang memeluk torso yang digandrungi oleh para selebritas di masa itu. Salah satunya adalah Twiggy, model ikonis yang terkenal berkat gaya Modernisnya—juga dikenal dengan Mod.

Selain Twiggy, kreasi Cristóbal juga dicintai oleh sosok prominen di masa itu. Di antaranya adalah aktris Hollywood legendaris Ava Gardener dan ikon fashion Gloria Guinness.
- Akhir Sebuah Era
Perlu diketahui, Cristóbal adalah pribadi yang sangat tertutup. Berbeda dari desainer-desainer lain yang terkenal ekstrovert (sekaligus menjadi senjata pemasaran mereka). Bahkan, semasa berkarier, ia hanya pernah diwawancarai satu kali saja. Namun, Cristóbal sukses melakukannya dan membangun fondasi bagi para desainer masa kini.
Kami tidak bisa membayangkan satupun sosok dari dekade 2010 ke atas yang bersedia melakukan hal serupa dalam kultur adiksi dopamin kini.
Tahun 1968, Cristóbal memutuskan untuk silam dari dunia fesyen pada umur 74 tahun. Tentu saja hal ini mengagetkan para puritan dan pengikut Balenciaga. Empat tahun kemudian, sang legenda meninggal karena serangan jantung mendadak.
Inilah awal mula dari hiatus Balenciaga
Tahun 1997, Balenciaga kembali dari tidur lelapnya. Era baru ini dimulai saat desainer asal Prancis, Nicolas Ghesquière, didaulat untuk mengepalai Balenciaga.
Tahun 2001, metamorfosis Balenciaga ketika grup produk mewah asal Italia, Kering, mengakuisisi sang rumah mode. Nicolas lalu mengemban peran sebagai Direktur Kreatif hingga 15 tahun kemudian. Nicolas berjasa karakter multikultur dan siluet modern bagi Balenciaga pasca Cristóbal. Inilah awal mula dari kursi musikal Direktur Kreatif Balenciaga yang silih berganti.
Kreasi Nicolas untuk Balenciaga yang masih prominen hingga kini adalah gaun bermotif perca dan tas Motorcycle Lariat, it bag pada dekade awal 2000-an.
Tahun 2012, Balenciaga merekrut desainer muda berbakat Alexander Wang untuk menjadi Direktur Kreatif. Sebelumnya, ia dikenal dengan merek eponimnya dan kreasi bernapaskan sporty sekaligus avant-garde. Namun, Alexander hanya menjabat selama sekitar tiga tahun karena ingin berfokus pada label pribadinya.
Selama menjadi Direktur Kreatif, Alexander bereksperimen dengan kode desain yang diciptakan oleh Cristóbal seperti rok petal, peplum, dan coat berwujud kepompong. Elemen sporty Alexander diinjeksikan lewat penggunaan material jaring, dan ritsleting menonjol.

Sedang memuat...
Pasca kepergian Alexander, Balenciaga mendaulat Demna Gvasalia, seorang desainer asal Georgia, Tbilisi. Sebelumnya nama Demna dikenal berkat jenama yang ia temukan bersama sang kakak, Gauram, yaitu Vetements. Sejak dulu, Demna memang dikenal karena desainnya yang disruptif dan menentang status quo. Terlebih di era sosial media dewasa ini.
Pada Akhirnya....
Media sosial berperan besar dalam memengaruhi proses kreatif seorang desainer. Dilatari oleh fenomena gratifikasi instan, segenap jenama pun berlomba-lomba menciptakan kreasi yang berpotensi menjadi viral. Salah satu contoh konkretnya adalah kreasi eksentrik Balenciaga.
Formula yang diterapkan oleh Demna Gvasalia selaku Direktur Kreatif sang jenama adalah menghadirkan kreasi bertemakan benda sehari-hari yang lazimnya tak termasuk dalam kategori produk mewah.
Penafian: Mungkin upaya Demna untuk mendesain demi viralitas semata hanyalah sebuah prasangka bias. Lagi pula, kode desain Vetements—yang ia dirikan bersama saudara lelakinya, Guram—juga tak kalah nyeleneh sampai-sampai dijuluki 'anti-fesyen'.
Tentu saja, tidak semua desainer menerapkan strategi yang sama. Ada juga yang lebih mengandalkan formula lama dalam hal 'viralitas'. Ialah dengan menggunakan selebritas yang tengah naik daun sebagai medium pemasaran.
Dalam hal pemasaran, penerapan strategi tersebut dirasa sempurna untuk mendapatkan viralitas seketika. Alhasil, desainer pun dituntut untuk menciptakan kreasi dan konsep peragaan nyeleneh. Meski tak berarti tanpa makna.
Kembali ke pembahasan utama, tas belanja warna biru IKEA yang hadir dalam bentuk nyaris sama persis, lalu tas terinspirasi kemasan makanan ringan Lay’s, dan gelang selotip transparan berhiaskan logonya. Terlihat biasa namun ketiga barang tersebut dijual dengan harga sekitar belasan juta rupiah.
Dalam konsep presentasi, Demna juga kerap menghadirkan latar yang dramatis. Seperti saat audiens presentasi Musim Gugur/Dingin 2022 ditransformasi bak badai salju. Selanjutnya, Demna kemudian menampilkan panggung berhiaskan lumpur untuk koleksi Musim Semi/Panas 2023. Ia seolah tak peduli koleksinya terlihat kotor saat dipresentasikan.
Meski begitu, bukan berarti aksi Demna tersebut bukan berarti bebas kritikan dan kontroversi. Puncaknya ketika ia merilis foto kampanye yang menampilkan model anak memegang boneka teddy bear dengan dandanan yang mencirikan BDSM pada tahun 2022. Demna dan Cedric Charbit selaku CEO Balenciaga menyampaikan permintaan maaf atas konsep tersebut.
Skandal tersebut memang cukup memengaruhi Demna dan Balenciaga dalam hal konsep foto iklan di mana kini tampak lebih menonjolkan produk. Namun dalam hal desain produk, Demna tetap berpegang teguh dengan visi estetisnya.
Menurut kami, metamorfosis Balenciaga sukses merepresentasikan fleksibilitasnya dalam berbagai hal tanpa melupakan DNA. Inilah yang membuat Balenciaga tetap relevan, apapun eranya.
Bagaimana, desainer manakah yang menjadi favorit Anda?