Terburu-buru? Dapatkan ringkasan secara detail.
Tak dapat dipungkiri bahwa ketika Lisa Black Pink diumumkan sebagai ambasador global Celine pada tahun 2020 silam, nama label itu menjadi lebih familiar di kalangan generasi muda. Akan tetapi tentu saja kesuksesan Celine tidak dibangun dalam waktu sekejap dan bukan didasarkan pada popularitas dutanya.
Label mode ini punya perjalanan panjang hingga bisa menjadi satu pemain sukses industri mode. Simak cerita Celine dari masa ke masa seperti yang terangkum berikut ini.
Langkah Awal Si Kecil
Céline Vipiana dan Richard sang suami mengawali jejak perdana mereka di bidang usaha mode dengan mendirikan sebuah toko sepatu anak-anak pada masa akhir Perang Dunia 2. Tepatnya pada tahun 1945. Bukan sekadar butik sepatu biasa, yang dijajakan di sana adalah kreasi-kreasi made-to-measure di mana sepatu akan dibuat berdasar ukuran dan bentuk kaki tiap anak.

Tokonya di 52 rue de Malte, Paris, mudah dikenali dengan logo gajah merah karya kartunis Raymont Peynet. Tak butuh waktu lama untuk toko sepatu ini digemari para konsumen kalangan atas. Kesuksesan tersebut mendorong Céline untuk mengembangkan bisnisnya ke produk-produk kategori dewasa.
Pengembangan Bisnis
Bisnis Celine mulai merambah ke zona pakaian siap pakai pada tahun 60’an. Napas sportswear nan elegan menjadi jiwa dari lini siap pakainya.
Dengan visi membawa mode ke kehidupan keseharian perempuan, rancangan-rancangan Celine ditujukan untuk mengakomodasi gaya hidup yang aktif dalam sensibilitas elegansi. Penawaran bermaterialkan kulit, sepatu, tas, dan aksesori juga menjadi bagian dari pengembangan bisnis label ini. Begitu pula dengan wewangian yang perdana dirilis pada tahun 1963 dengan nama Vent Fou.

Pada dekade berikutnya, koleksi-koleksi Celine sudah dipasarkan ke berbagai belahan dunia, dari Eropa, Amerika hingga Asia. Era 70’an menjadi periode penting bagi identitas label tersebut di mana logo ‘C’ ganda khas Celine terlahir.
Cerita di baliknya adalah sebuah insiden mogok mobil yang dialami sang pendiri di area Arc de Triomphe. Mengamati gambar yang ada di rantai pembatas monumen tersebut, ia pun terinspirasi menelurkan logo Celine yang akrab dikenal hingga kini.
LVMH mengambil sebagian kepemilikan rumah mode ini pada tahun 1987 hingga akhirnya menjadi milik penuh raksasa industri mode tersebut pada tahun 1996. Setahun berikutnya, Céline Vipiana tutup usia dan babak baru label tersebut dimulai.
Era Michael Kors
Tampuk kepemimpinan kreatif Celine sesungguhnya sudah beralih ke orang lain sejak 1988. Kala itu, Bernard Arnault menunjuk Peggy Hyunh Kinh untuk memegang posisi tersebut. Namun demikian, wajah Celine yang lebih kuat terpancar kara desainer Michael Kors mengambil alih jabatan direktur kreatif pada tahun 1997.
Saat itu, Celine masih menjadi label yang ada di posisi bawah dalam portofolio LVMH dan memiliki citra yang usang. Kedatangan Michael Kors mengubah hal tersebut. Di tangannya, reputasi Celine sebagai label mewah berkualitas kembali pulih dan ia membawa merek tersebut ke kalangan selebriti sehingga posisinya tak kalah dengan rumah mode mewah lainnya.

Sedang memuat...
Masa Michael Kors di Celine berakhir pada tahun 2004 dan ia fokus dengan labelnya sendiri. Penggantinya adalah Roberto Menichetti kemudian Ivana Omazic namun tak begitu mendulang sukses.
Periode Phoebe Philo
Era kejayaan sang label bangkit lagi ketika Phoebe Philo mulai memegang kendali sejak tahun 2008. Mantan desainer Chloé tersebut membawa Celine menjadi label yang relevan dengan kesadaran perempuan abad ke-21.
Visi kreatifnya sejalan dengan gagasan sang pendiri mengenai busana perempuan. Praktikal, minimalis, dan elegan menjadi tiga kata kunci dari koleksi-koleksi Phoebe Philo yang perdana diperkenalkan pada Musim Semi/Panas 2010.

Sedang memuat...
Debutnya mendapat apresiasi positif dari para editor mode dan pencinta mode secara umum. Istilah “Philophile” kemudian muncul yang merujuk pada penggemar karya-karya desainer Inggris itu.
Alih-alih mengekspos sensualitas tubuh perempuan, ia lebih mengedepankan kenyamanan, fungsi dan elegansi. Tak heran bila ia dijuluki sebagai desainer yang mengetahui kemauan wanita. Arah baru yang minimalis ini beresonansi terhadap spirit perempuan-perempuan kontemporer.
Pengakuan terhadap keahlian Phoebe Philo terwujud pada beberapa penghargaan yang ia raih. Termasuk di antaranya adalah Designer of the Year dari British Fashion Council pada tahun 2010 dan International Designer of the Year dari Council of Fashion Designers of America pada tahun berikutnya.
Era Hedi Slimane
Pada tahun 2017, perjalanan Philo di Celine usai. Desainer yang sukses menghadirkan tas ikonis Celine seperti Luggage dan Phantom tersebut kemudian digantikan oleh Hedi Slimane pada tahun 2018. Ia merombak identitas lama Celine dengan menghilangkan aksen di atas huruf “e”, sebuah langkah yang dilihat kontroversial oleh sebagian pihak.
Tak hanya soal logo, koleksi perdananya untuk Musim Semi/Gugur 2019 juga mengundang kritik tajam. Koleksi tersebut dianggap sangat dibayang-bayangi oleh gaya desainnya semasa menjabat sebagai direktur kreatif Saint Laurent, yakni rock’n’roll dan edgy. Hal baru lain yang disuguhkan olehnya adalah kehadiran lini busana laki-laki.

Sedang memuat...
Namun kesan yang sangat mengejutkan itu tak lagi ditemukan pada koleksi-koleksi selanjutnya. Desain-desain Hedi Slimane untuk Celine beralih menjadi peleburan antara pendekatan glamornya dengan sensibilitas athleisure mewah di era sang pendiri label.
Sambutan baik pun datang dari demografi Gen Z. Nuansa santai namun eksklusif meradiasi dari kreasi-kreasi Celine masa kini. Tas Celine Triomphe dengan monogramnya sebagai pusat daya tarik merupakan it-bag era Hedi Slimane.