Dipublikasikan

04 Desember 2024

Penulis

Pengarah Kreatif

Athirah Nurfilzah dan Arinta Wirasto

PERSONA/SUDUT PANDANG

Edisi 01

Menyingkap Persepsi Enam Peritel Gaya Hidup Indonesia

Pemaparan mendalam tentang enam inisiator yang telah berhasil mengubah wajah industri gaya hidup Indonesia dan merangkul tantangan secara inovatif.

icon

Terburu-buru? Dapatkan ringkasan secara detail.

Industri gaya hidup Indonesia saat ini berada di era yang penuh dinamika. Hal ini ditandai oleh kemunculan pelaku kreatif yang terus berinovasi, juga perubahan perilaku konsumen. Pernahkah terlintas di benak Anda, ada entitas yang berperan penting dalam menjembatani pelaku kreatif dengan konsumen akhir?

Ya, mereka adalah para peritel yang tak hanya berfungsi sebagai tempat transaksi, tetapi juga menjadi benang merah antara pelaku industri dan konsumen akhir. Lebih dari itu, peritel juga berperan sebagai pelopor dalam mendobrak batasan dan menghadapi tantangan zaman.

Dengan fokus pada pelayanan terbaik dan penerapan strategi pemasaran imersif, mereka menciptakan pengalaman belanja yang bermakna. Model bisnis yang disuguhkan juga beragam. Beberapa berperan sebagai distributor resmi jenama internasional, sementara lainnya secara eksklusif menciptakan dan memproduksi produk sendiri.

Apa pun pendekatannya, peritel-perital ini mampu menangkap tren lokal dan mengintegrasikannya dengan strategi mereka. Namun, di balik kesuksesannya, terdapat berbagai berbagai rintangan yang perlu dinavigasi oleh para peritel. Mulai dari perilaku pasar yang selalu berubah, transformasi digital, hingga menyuguhkan pengalaman berbelanja yang lebih eksperimental.

Lantas, bagaimana kontribusi para peritel ini dalam memperkaya industri gaya hidup di Indonesia? KINTAKA mengajak Anda untuk menyelami perjalanan enam inisiator yang telah berhasil mengubah wajah industri ini dan merangkul tantangan secara inovatif.

Irwan Danny Mussry

Irwan Danny Mussry

Presiden dan CEO
TIME International

Baik pelaku industri maupun penikmat gaya hidup pasti familier dengan nama Irwan Mussry sebagai salah satu peritel jam tangan paling prominen di Indonesia. Kisah suksesnya dimulai dari sebuah pengalaman berkesan di masa muda. Saat itu, Irwan hendak membeli jam tangan impian yang membuka matanya pada sebuah pengalaman yang ternyata jauh dari harapan.

“Jangankan memiliki pengetahuan mumpuni tentang produk, cara menggunakan jam tersebut pun mereka tak tahu,” kenang Irwan. Pengalaman tersebut menjadi titik balik yang mengarahkannya pada perjalanan panjang, hingga perusahaan yang dikepalainya berada di posisinya kini.

“Saya yakin dapat melayani pelanggan dengan jauh lebih baik, menghormati setiap produk dan jenama, serta melakukannya dengan integritas,” tutur Irwan. Inilah yang melandasi konsepsi TIME International sebagai kurator dan kultivator brand kelas dunia.

Sesungguhnya, presensi TIME International dapat ditelusuri hingga ke era ‘60-an saat generasi terdahulu keluarga Irwan memulai bisnis ini sebagai layanan purna jual dan perakitan komponen produk.

Namun, di bawah kepemimpinan Irwan, model bisnis TIME International mengalami pergeseran signifikan, bertransformasi menjadi model ritel yang melayani konsumen secara langsung dengan menawarkan jam tangan buatan Swiss, seperti Rolex, Cartier, Audemars Piguet, Panerai, TAG Heuer, dan banyak lainnya.

Seiring berjalannya waktu, TIME International berekspansi dan menambah diversifikasi lini dengan membawa jenama-jenama mode teratas di liganya, yaitu CHANEL, Berluti, Celine, Fendi, Valentino, Zegna, dan Tory Burch. Selain itu, terdapat pula produk gaya hidup dari Fossil, JW Pei, dan Fjallraven Kanken.

TIME International juga aktif dalam berbagai inisiatif dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, salah satunya dengan membangun sekolah-sekolah bekerja sama dengan Happy Hearts Indonesia. Berkat komitmen perusahaan dalam memberikan pelayanan terbaik serta fokus pada kesejahteraan, TIME International berhasil meraih penghargaan dari HR Asia dalam kategori Tempat Bekerja Terbaik dan Perusahaan Paling Peduli di awal tahun 2024.

TIME INTERNATIONAL
FAKTA DALAM ANGKA

50+ jenama dalam
portofolionya

100+ butik tunggal
dan multijenama

1200+ karyawan di
Indonesia


Michelle Shang

Pendiri dan Direktur Kreatif
MOIE & MOIEHAUS

Pernahkah Anda merasa kenyamanan sofa yang begitu memanjakan atau terpukau oleh keanggunan meja marmer yang elegan? Michelle Shang telah menyaksikan furnitur berkualitas yang menjadi standar terbaik dari berbagai belahan dunia. Melalui konsepsi ruang pamer furnitur MOIE, Michelle berperan besar membawa desain orisinal dari jenama-jenama ternama dunia, mulai dari Italia hingga Skandinavia, seperti Promemoria, Vitra, dan Tom Dixon ke Tanah Air.

Michelle tak menampik bahwa MOIE menghadapi sejumlah tantangan di awal perjalanannya. “Kami menyadari betapa sulitnya menjelaskan mengapa furnitur bisa memiliki nilai yang begitu tinggi. Namun, kami menghargai desain orisinal dan percaya bahwa cerita di balik sebuah karya sering kali lebih berharga daripada karya itu sendiri. Sama seperti di dunia mode, terdapat merek yang menjadi pencetus tren, dan ada juga yang sekadar mengikuti,” ucap Michelle.

Michelle Shang

MOIE Living berhasil membuka jalan bagi peritel furnitur prestisius lainnya di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, ia mengamati perubahan persepsi terhadap tren furnitur. “Kini klien, terutama yang berusia muda, sudah lebih teredukasi karena banyak terpapar pada desain furnitur internasional,” paparnya.

Hal ini membuat mereka lebih bersedia berinvestasi untuk menghadirkan karya-karya tersebut ke dalam hunian mereka. Berangkat dari prinsip untuk menjadikan MOIE lebih aksesibel, Michelle memutuskan untuk melebarkan sayap dan mengkreasikan MOIE Haus pada tahun 2022.

Lini difusi ini menawarkan pilihan kontemporer yang dirancang khusus untuk generasi muda. Tak hanya berhenti di situ, MOIE juga membuka butik FENDI Casa pertama di Asia Pasifik pada awal tahun 2024, menandai langkah ekspansi yang semakin ambisius.

MOIE dan MOIEHAUS selalu mengedepankan kurasi menyeluruh dalam setiap aspek bisnis. Mulai dari desain, asal-usul material, hingga sertifikasi setiap furnitur. Komitmen ini diperkuat dengan penggunaan 100% material berkelanjutan.

Realisasinya terlihat pada tas belanja hingga desain ruang pamer, yang dirancang dengan gaya industrial ramah lingkungan. MOIE memastikan bahwa setiap barang tidak bersifat sementara, tetapi memiliki nilai yang berharga dan dapat bertahan dalam jangka waktu lama.

MOIE
FAKTA DALAM ANGKA

28 tahun eksis
dengan

50+ jenama dalam
portofolionya

1200+ butik di
seluruh Indonesia


Rio Pasaribu

Rio Pasaribu

Direktur dan Pendiri
RUCI Art Space

Pada Maret 2024, RUCI Art Space (RUCI) resmi membuka kembali pintunya setelah dua tahun vakum. Pembukaan ini menjadi momen penting yang menggugah nostalgia bagi salah satu pendirinya, Rio Pasaribu. Bersama Tommy Sibarani, Rio merintis RUCI dengan keberanian yang luar biasa, terutama karena lanskap seni kontemporer Indonesia saat itu belum sehidup dan semarak sekarang.

Kembalinya RUCI kali ini juga membawa dinamika baru dengan kehadiran mitra strategis, seorang produser film yang sebelumnya merupakan kolektor karya-karya seni dari RUCI. Kehadiran mitra baru ini memberikan energi segar sekaligus memperkuat visi RUCI untuk terus mendukung dan mengembangkan seni kontemporer di Indonesia.

“Tujuan kami adalah menyediakan platform untuk pameran sekaligus ruang diskusi bagi seniman muda,” ungkap Rio. Ia menegaskan bahwa seniman, kurator, dan kolektor yang aktif adalah pilar utama yang berperan besar dalam mendukung pertumbuhan RUCI hingga hari ini.

Melihat ke belakang, Rio mencatat perkembangan signifikan dalam dunia seni kontemporer Indonesia selama satu dekade terakhir. Dalam observasinya, semakin banyak seniman lokal yang mencuri perhatian kolektor internasional, seperti Christine Ay Tjoe, Roby Dwi Antono, Suanjaya Kencut, Albert Yonathan, hingga Mang Moel.

Dari segi tema, karya seni pun mengalami evolusi. Jika sebelumnya lebih banyak berkutat pada isu sosial-politik, kini karya seni kerap menyoroti nilai-nilai humanisme. Isu kesetaraan gender, penolakan terhadap diskriminasi, hingga konsep keberlanjutan menjadi sorotan utama yang merefleksikan perubahan pandangan masyarakat.

Rio memiliki perspektif menarik tentang mengoleksi. “Mengoleksi karya seni bukan hanya tentang estetika, tetapi juga kontribusi terhadap sejarah,” ujarnya. Ia menggambarkan bahwa karya seni yang dibeli saat ini akan menjadi saksi bisu bagi generasi mendatang, membuka jendela untuk memahami kebudayaan masa kini.

RUCI
FAKTA DALAM ANGKA

10 tahun eksis
di industri

37 ekshibisi digelar

13 partisipasi di
pekan seni


Lenni Tedja

Presiden Direktur TAR Brands
PILLAR

Mengapresiasi dunia mode lokal menjadi lebih bermakna saat pengakuan internasional berhasil diraih. Namun, tantangan seperti akses terbatas sering kali menghambat jenama Indonesia untuk memperkenalkan potensi mereka di panggung global. Di sinilah Pillar, di bawah naungan TAR Brands yang diprakarsai Lenni Tedja, hadir sebagai gerbang menuju kesetaraan global bagi pelaku mode lokal.

Dengan kurasi yang mengedepankan artistik tertinggi, Pillar bukan sekadar platform penjualan. Lenni memiliki visi besar: menjadikan Pillar ruang kolaborasi kreatif sekaligus tempat pembinaan bagi desainer muda berbakat.

Lenni Tedja

“Kami akan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di dunia mode untuk mengembangkan program komprehensif bagi para desainer dan jenama muda,” ungkap Lenni.

Bagi Lenni, menyaksikan individu berkembang dan mencapai tonggak pencapaian adalah sumber kebahagiaan sekaligus kebanggaan. Ia bersemangat memasarkan gagasan-gagasan brilian kepada audiens yang tepat.

“Evolusi dan kesuksesan mereka benar-benar memberi kebahagiaan tersendiri,” tuturnya. Dengan strategi ini, Pillar membuka peluang baru bagi talenta lokal untuk berkembang, menjadikannya destinasi dan tolok ukur bagi pencinta mode di Indonesia.

Komitmen ini tercermin dalam selebrasi hari jadi kedua Pillar, yang mengusung kolaborasi lintas industri. Salah satunya adalah proyek dengan seniman Bali, Andre Yoga, bersama tiga label mode: Studio Moral, Hotel Official, dan Isshu. Hasilnya adalah koleksi pakaian siap pakai dan aksesori yang memadukan seni dan mode secara sempurna.

Lenni mengaku bangga melihat ledakan kreativitas di industri mode Indonesia. “Desainer dan jenama lokal membawa gagasan segar yang membuat industri ini semakin dinamis dibandingkan sebelumnya,” katanya. Namun, ia juga menekankan pentingnya adaptabilitas.

“Sukses diraih dengan pola pikir adaptif, bukan terpaku pada tren tertentu. Kreativitas harus terus mengikuti arus perubahan,” tambahnya. Dengan pendekatan strategis dan visi yang kuat, Pillar terus memperkuat posisinya sebagai tolok ukur bagi pencinta mode di Jakarta dan seluruh Indonesia. Bukan hanya sebagai platform, tetapi juga sebagai pendorong perubahan dan inspirasi bagi industri mode lokal.

PILLAR
FAKTA DALAM ANGKA

2 tahun eksis
di industri

35 jenama dalam
portofolionya

24/7 tersedia secara
Daring


Bram Hendrata

Bram Hendrata

Pendiri dan Direktur Pengelola
ISMAYA Group

Selama 21 tahun, ISMAYA telah mendefinisikan ulang konsep bersantap lewat hidangan berkualitas dan atmosfer yang mengundang. “Setiap konsep ISMAYA—dari tempat makan santai hingga lokasi premium—dirancang untuk memperkaya budaya lokal dan menjadi ruang konektivitas dan merayakan kehidupan,” ungkap Bram.

Bicara tren di dunia boga, Bram menyoroti pergeseran ke arah eksplorasi format pengalaman bersantap. “Pergeseran ini mendorong kami untuk berpikir lebih kreatif tentang setiap konsep yang kami hadirkan. Bukan hanya soal menu,melainkan juga setiap detail yang dipertimbangkan untuk menambah nilai pada pengalaman konsumen,” ujarnya.

ISMAYA menanggapi evolusi tren tersebut saat memperluas katalog mereka di tahun 2024. Beberapa nama di antara 100 gerai yang dibuka di kota-kota besar Indonesia adalah Markette dan Baku yang menjadi destinasi sarapan sepanjang hari, Charkoal dengan pengalaman omakase, Café Kissa yang berfokus pada cita rasa khas Jepang, serta FLOR yang memperkaya lanskap makanan penutup.

Meski demikian, tentu tidak ada kesuksesan tanpa tantangan. Sebagaimana pelaku gaya hidup lainnya, masa pandemi sempat berdampak besar pada kegiatan operasional ISMAYA. Namun di balik ketidakpastian tersebut, tercipta peluang berharga yang mengajarkan arti ketahanan, kreativitas, dan adaptasi.

“Saya menyadari pentingnya memimpin dengan empati. Memahami kebutuhan mereka dan terbuka terhadap perubahan menjadi landasan ISMAYA dalam bertindak,” lanjut pria berusia 47 tahun ini.

Selain itu, grup ini juga berfokus untuk menghadirkan agenda sosial terbaik di industri melalui difusi lini ISMAYA Live. Mulai dari festival musik, seperti Djakarta Warehouse Project (DWP) dan We The Fest (WTF), hingga festival boga, Jakarta Culinary Festival. Masing-masing menghadirkan cita rasa unik untuk setiap selera, suasana hati, dan kesempatan.

Dengan menggabungkan inovasi, empati, dan komitmen pada pengalaman konsumen, ISMAYA telah menjadi pilar penting dalam lanskap gaya hidup Indonesia. Setiap konsep yang mereka hadirkan bukan hanya tentang makanan atau hiburan, tetapi juga tentang menciptakan momen dan kenangan yang berharga.

ISMAYA
FAKTA DALAM ANGKA

21 tahun eksis
di industri

17 jenama dalam
portofolionya

129 gerai di seluruh
Indonesia


Petronella Soan

Chief Operating Officer
Central Mega Kencana

Central Mega Kencana (CMK) memiliki peran penting dalam merevolusi lanskap perhiasan Indonesia. Berangkat sebagai manufaktur yang berfokus pada produksi dan distribusi perhiasan, akhirnya CMK memutuskan untuk berekspansi ke format ritel terintegrasi. Babak baru ini ditandai lewat kehadiran Frank & Co. di tahun 1996 yang perlahan menggantikan dominasi toko perhiasan keluarga di sejumlah pusat perbelanjaan tradisional Indonesia.

Dekade-dekade berikutnya menyaksikan perkembangan pesat CMK dengan memperluas portofolio jenama untuk ragam tipe segmentasi. Ialah The Palace dan Mondial—perusahaan asal Singapura yang mereka akuisisi—yang perlahan berkembang hingga memiliki presensi masif di seluruh Indonesia.

Petronella Soan

Bicara visi, Petronella mengungkapkan bahwa ia ingin menciptakan pengalaman berbelanja perhiasan yang bermakna bagi para pelanggan CMK dan berdampak pada sektor perhiasan Indonesia. Bermakna yang dimaksud adalah menerapkan pendekatan edukatif guna memberikan pemahaman mendalam tentang perhiasan kepada pelanggan.

Petronella menjelaskan bahwa CMK adalah satu-satunya peritel di Indonesia yang menyediakan laboratorium mini dan karatimeter di gerai- gerai mereka. Teknologi tersebut memungkinkan pelanggan untuk menganalisis perhiasan secara langsung dan membandingkan warna dan kejelasan dari perhiasan yang mereka miliki.

Karenanya, CMK berhasil menjadi perusahaan perhiasan pertama yang memperoleh Standar Nasional Indonesia (SNI). Dedikasi ini sejalan dengan spirit Petronella, yang selama 28 tahun berkarya di CMK telah menunjukan perjalanan karir yang inspiratif. Mulai dari menjadi pramuniaga gerai Frank & Co., hingga berada di posisinya sekarang sebagai Chief of Operations.

”Saya harus tetap beradaptasi untuk menjadi relevan, bahkan di level jabatan saya sekarang. Hasilnya adalah pengetahuan mumpuni tentang industri perhiasan, mulai dari proses produksi hingga rantai pasokan,” tuturnya.

Dengan komitmen CMK dan tekad Petronella, tak heran jika CMK terus menuai prestasi. Mulai dari penghargaan World Branding Award dalam kategori Brand Of The Year selama tiga tahun berturut-turut dan Jewellery World Awards.

CENTRAL MEGA KENCANA
FAKTA DALAM ANGKA

50 tahun eksis
di industri

3 jenama dalam
portofolionya

127 butik di seluruh
Indonesia

advertisement