Dipublikasikan
04 Desember 2024
Penulis
Arinta Wirasto
KARYA/FOKUS
Edisi 01
Merayakan Indonesia Lewat Kreasi Lintas Disiplin
Menyingkap kreasi-kreasi bertemakan Indonesia yang digarap oleh sejumlah jenama internasional
Terburu-buru? Dapatkan ringkasan secara detail.
Di tengah dunia yang semakin terhubung, kecenderungan untuk mengikuti tren global terasa sulit untuk dihindari. Dengan demikian, memiliki prinsip ‘Berpikir secara global, bertindak secara lokal’ menjadi pedoman yang semakin penting untuk diterapkan di tengah industri gaya hidup. Berpikir global menawarkan persepsi luas tentang bagaimana Indonesia dapat menjadi bagian penting dari kancah internasional.
Di sisi lain, bertindak lokal juga mendorong penikmat gaya hidup Indonesia secara lugas untuk mendukung kreasi buatan tanah air. Meski masih banyak penikmat gaya hidup yang belum bisa memeluk gagasan ini, segelintir pelaku kreatif sudah fasih menerapkannya.
Hal ini memantik pertanyaan penting: bagaimana para konsumen dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk mempromosi-kan identitas lokal ke panggung dunia? Lebih dari sekadar mengikuti tren, ini tentang merayakan warisan budaya. Salah satu langkah konkret adalah mendukung pelaku kreatif lokal dan mengintegrasikannya pada pola konsumsi dan gaya hidup kita sehari-hari.
Faktanya, kini semakin banyak jenama global yang menggali inspirasi dari para pelaku kreatif Tanah Air. Manifestasinya terlihat dalam berbagai bentuk. Mulai dari kolaborasi kreatif yang melibatkan desainer lokal dan perajin tradisional, hingga peluncuran edisi eksklusif untuk pasar Indonesia. Selain itu, terdapat pula jenama yang memilih untuk melibatkan seniman atau kreator lokal dalam proses kreatifnya.
Hal ini bertujuan untuk memperkaya narasi produk dengan perspektif khas Indonesia. Momentum ini serta merta menguatkan posisi Indonesia sebagai negara dengan potensi yang patut diperhitungkan. Ikuti KINTAKA dalam menyingkap kreasi-kreasi bertemakan Indonesia yang digarap oleh sejumlah jenama internasional.
BERLUTI TATO EDISI EKSKLUSIF INDONESIA
Berluti mengerti bahwa kedisiplinan untuk mempertahankan tradisi akan menghasilkan kualitas yang tiada duanya. Berangkat dari pemahaman ini, tercetuslah sebuah edisi terbatas yang dicanangkan sebagai penghormatan terhadap budaya Indonesia.
Ialah koleksi tas bermaterialkan kulit sapi dengan tato bergambarkan burung cendrawasih. Terdapat tiga elemen tradisi yang patut disoroti dari tas istimewa bernama Bird of Paradise ini. Pertama tentu saja adalah burung cendrawasih, fauna endemik langka yang menjadi fokus sang koleksi.
Burung asal provinsi Papua ini melambangkan keindahan dan elegansi yang beresonansi dengan DNA Berluti. Kedua adalah material kulit sapi Venezia yang telah sinonim dengan Berluti sejak dikembangkan oleh pewaris tahta jenama aksesori tersebut, Olga Berluti. Sejak tahun 2005, kulit sapi Venezia senantiasa diimplementasikan pada ragam tipe penawaran di luar lini sepatu Berluti.
Sorotan selanjutnya terletak pada elemen tato yang mendemonstrasikan kerajinan tangan istimewa khas jenama asal Italia tersebut dalam hal teknik dekorasi. Berawal dari kolaborasi dengan seniman tato terkemuka Scott Campbell, kini teknik ukiran tersebut telah menjadi opsi personalisasi permanen yang ditawarkan oleh Berluti.
Koleksi Bird of Paradise menyuguhkan lima penawaran yang terdiri dari empat tas genggam dengan warna menyerupai tembakau, cokelat muda, hitam, dan hijau, serta satu dompet bertona cokelat tua. Layaknya sepatu Berluti pada umumnya, kulit sapi Venezia yang membalut koleksi ini akan mengalami efek patina seiring berjalannya waktu. Koleksi ini diproduksi secara terbatas dan hanya dijual di butik Berluti di Indonesia.
Sesungguhnya, ini bukan kali pertama Berluti menelurkan kreasi bertemakan Indonesia. Pada tahun 2018, Berluti memperkenalkan sejumlah penawaran dengan ukiran tato Garuda dalam rangka hari jadi ke-2 kehadiran sang jenama di Indonesia. Kini Berluti Garuda diproduksi setiap tahun— dalam skala terbatas—untuk mengakomodasi permintaan pelanggan. Kita lihat saja, mungkin hal yang sama juga akan terjadi pada Berluti Bird of Paradise.
HYUNDAI IONIQ 5 BATIK
Hyundai memiliki persepsi berbeda mengenai inovasi, yaitu mengintegrasikannya dengan kemanusiaan. Berakar pada visi Progress for Humanity (Kemajuan untuk Kemanusiaan), jenama otomotif asal Korea Selatan ini memastikan setiap kendaraan yang diproduksi memiliki dampak lingkungan yang positif, serta memiliki peran dalam komunitas global.
Realisasinya tak hanya terlihat pada teknologi mutakhir dan berkelanjutan saja, tetapi juga desain yang relevan secara budaya. Bukan sekadar merepresentasikan budaya asalnya, melainkan juga di berbagai negara tempat sang manufaktur hadir.
Pada bulan Oktober 2023, Hyundai memperkenalkan sebuah rilisan eksklusif dalam rangka memperingati tahun ke-50 hubungan bilateral antara Korea Selatan dan Indonesia. Ialah mobil elektrik IONIQ 5 Indonesian Batik yang dikreasikan menggunakan motif batik kawung pada keseluruhan desain eksterior dan interiornya.
Berasal dari Yogyakarta, batik kawung—berarti buah kelapa dalam bahasa Jawa—memiliki filosofi mendalam di baliknya. Batik kawung melambangkan harmoni dan persatuan, serta digambarkan oleh pola berbentuk lingkaran. Sementara garis-garis yang mengelilingi lingkaran tersebut mengilustrasikan hubungan antara elemen-elemen kehidupan.
Tidak berhenti di pola geometris, filosofi pada batik kawung juga terdapat pada warna soga yang menjadi ciri khasnya dan turun-temurun diproduksi secara alami dari kayu Tingi, Jambal, dan Tegeran. Soga diketahui sebagai cerminan kesederhanaan dan kedekatan dengan alam. Sebagaimana desain IONIQ 5 yang mengutamakan material daur ulang dan ramah lingkungan pada berbagai komponennya.
Manifestasi motif kawung pada eksterior rilisan eksklusif ini dapat ditemukan pada kap, atap mobil, pintu belakang, dan sisi mobil. Pada interior mobil, motif kawung diimplementasikan pada bagian jok, klakson, dan sandaran lengan.
Selain itu, terdapat motif kawung cokelat muda bak soga di sandaran lengan mobil yang berkontras apik dengan warna abu-abu yang mendominasi bagian dalam mobil. Hasil akhir yang elegan mencerminkan sensibilitas desain Hyundai yang mengagumkan, menghasilkan kendaraan yang tidak hanya istimewa tetapi juga secara nyata memberikan penghormatan kepada Indonesia.
LEMAIRE “JUJUR SABAR”
Dewasa ini, format kolaborasi antara mode dan seni kontemporer semakin berkembang. Dahulu, interpretasinya hanya terlihat di ranah adibusana. Kini, para desainer mode mulai menghadirkan kolaborasi seni untuk pakaian siap pakai. Di tengah kemunculan ratusan—bahkan ribuan—jenama mode di kancah global, berkompetisi tanpa nilai tambahan menjadi semakin menantang.
Bagaimana cara seorang desainer dapat menonjol? Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengintegrasikan filosofi mendalam dan elemen artistik dalam setiap koleksinya. Inilah yang dilakukan oleh Lemaire, desainer asal Prancis yang menggandeng seniman Indonesia, Noviadi Angkasapura, untuk menciptakan sebuah koleksi kapsul.
Kolaborasi bertajuk JUJUR SABAR ini menyoroti ilustrasi makhluk mitologi dan hewan antropomorfik yang diciptakan oleh Noviadi menggunakan berbagai instrumen gambar, termasuk pensil warna, bolpoin tiga warna—alat favorit sang seniman—dan grafit.
Menurut Noviadi, mantra tersebut merupakan interpretasi dari kumpulan pesan makhluk supranatural yang pertama kali mendatanginya pada hari ulang tahunnya yang ke-24. Bagi seniman kelahiran 1979 ini, menggambar menjadi semacam doa repetitif sekaligus bentuk meditasi.
Karya-karya Noviadi kemudian diterjemahkan oleh Lemaire menjadi lini pakaian siap pakai yang meliputi kemeja, gaun, blus, rompi, syal, dan aksesori untuk musim semi/panas 2023. Koleksi berbahan katun ramah lingkungan ini dirancang oleh duo Direktur Artistik rumah mode, Christophe Lemaire dan Sarah-Linh Tran. Sebagai kelanjutan dari kolaborasi ini, Lemaire mendedikasikan butiknya yang berlokasi di Rue Elzévir, Paris, sebagai ruang ekshibisi untuk menampilkan 25 karya seni Noviadi.
SEIKO PROSPEX
Berkat perilisan Seiko Quartz Astron pada tahun 1969, jenama asal Jepang ini seketika naik daun dan dilabeli sebagai pelopor inovasi di industri horologi. Saking mutakhirnya, kreasi jam tangan kuarsa pertama di dunia tersebut sempat melumpuhkan bisnis horologi buatan Swiss. Maka tak heran jika hingga kini, Seiko memiliki begitu banyak penggemar di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Sebagai bentuk apresiasi kepada para pengikut setianya di Tanah Air, Seiko menghadirkan edisi eksklusif yang didedikasikan untuk pasar pada tahun 2022 silam. Bernama Seiko Prospex Turtle, iterasi ini hadir sebagai manifestasi literal bendera Indonesia.
Warna putih diusung pada bagian dial dan skala graduasi pada bezel, sementara warna merah terlihat pada bezel serta sebagai aksen yang membingkai indeks jam dan jarum penunjuk menit serupa panah.
Selain itu, Seiko membubuhkan warna emas pada case berdiameter 42,4 mm dan bagian crown untuk merepresentasikan lambang Garuda Pancasila. Jam bernomor referensi SRPJ52K1, yang dijual secara terbatas sejumlah 500 buah, habis terjual tak lama setelah dirilis.
Pada tahun 2023, jenama asal Jepang tersebut kembali mewujudkan antusiasme audiens di Indonesia lewat Seiko Prospex Monster yang terinspirasi oleh endemik langka, komodo. Sesuai temanya, motif dan tekstur dial didesain menyerupai kulit komodo yang bersisik dengan warna cokelat kekuningan.
Bukan tanpa alasan, lini ini dijuluki Monster berkat detail tematik yang tercermin pada indeks jam 12 yang menyerupai gigi monster, serta siluet gerigi pada bezel. Tak sekadar menjadi edisi khusus, seluruh hasil penjualan dari koleksi ini didonasikan oleh Seiko Indonesia kepada organisasi Komodo Survival Program, yang berfokus pada konservasi Komodo.