Dipublikasikan
04 Desember 2024
Penulis
Dwi Lukita
Videografi
Aditya Wiradimadja
CERITA/KATA KINTAKA
Edisi 01
Benarkah Berlian Buatan Laboratorium Nilai & Kualitasnya Sama dengan Berlian Murni?
Memaparkan fakta dan membagikan persepsi seputar berlian buatan laboratorium.
Terburu-buru? Dapatkan ringkasan secara detail.
Pertanyaan komparasi seperti ini memang selalu dinanti kemunculannya di setiap konteks kompetisi. Namun, menjawabnya tidak selalu semudah menggeser jempol kiri. Apalagi menyangkut topik bahasan yang satu ini.
Kita bicara tentang berlian. Peradaban manusia lebih lama mengenalnya sebagai material yang terbentuk dari suhu dan tekanan yang berlangsung di kerak bumi selama jutaan tahun, menjadikannya salah satu material terlangka dan terkeras. Oleh karena itu, baik sebagai simbol gaya hidup maupun komoditas, nilai berlian telah mengakar dan dijaga sedemikian kuat oleh para pemain dan pemangku kepentingan.
Namun, dalam lima tahun terakhir, status quo berlian agaknya mengalami disrupsi. Perkembangan teknologi berhasil menyulap proses panjang di atas menjadi kurang lebih tiga bulan saja. Menariknya, seluruh prosesnya berlangsung sepenuhnya di dalam laboratorium.
Terdapat dua metode utama: HPHT (high-pressure high temperature), yakni mereplika tekanan dan suhu tinggi di kerak bumi untuk melarutkan karbon ke dalam biji berlian); dan CVD (chemical vapor deposition), di mana lapisan karbon diposisikan satu per satu di atas biji berlian dalam ruang hampa udara.
Mungkin Anda berpikir, “Tetapi kita sudah pernah berurusan dengan berlian imitasi seperti zirkonia kubik!” Kenyataannya, berlian buatan laboratorium sudah mengantongi “restu” dari organisasi gemologi, seperti GIA (Gemological Institute of America) dan IGI (International Gemological Institute) atas keidentikannya secara optik, kimia, maupun struktur fisik dengan berlian alami.
Berlian buatan laboratorium lalu hadir ke pasaran dengan harga yang lebih terjangkau—berkisar antara 20-40% lebih murah dibanding berlian alami. Selain itu, klaim yang juga digaungkan oleh berlian buatan laboratorium adalah keramahannya terhadap lingkungan.
Ya, dengan seluruh proses pembuatannya terjadi di laboratorium, berlian ini dianggap minim dampak ekologis karena tidak berisiko merusak ekosistem, serta bebas dari potensi konflik penambangan dan eksploitasi pekerja. Hal ini menjadi narasi yang resonansi dengan tren zaman sekarang, di mana kesadaran masyarakat tentang alam dan keberlanjutan semakin luas.
Sebagaimana inovasi kerap hadir bersama kontroversi, tidak sedikit pemain maupun sosok besar di kancah berlian menyerukan komentarnya. “Kelangkaan adalah nilai yang menentukan harga berlian. Jika Anda bisa mendapatkan zirkonia kubik seharga $25, buat apa Anda membayar $3.500 untuk sebuah berlian sintetis?” ujar Tom Gelb, seorang konsultan berpengalaman di industri berlian sekaligus Co-Founder dari Diamond Durability Laboratory.
Martin Rapaport, ketua dari Rapaport Group dan pendiri Rapaport Diamond Report, bahkan pernah melayangkan surat terbuka yang menyerukan kepada pelaku industri berlian untuk berhenti berbisnis dengan berlian buatan laboratorium. “Mereka beroperasi secara tidak jujur dan etis!” ujarnya.
Memang, tantangan pertama bagi berlian buatan laboratorium barangkali terletak pada hukum ekonomi, di mana ketika biaya produksi kian menurun, harganya pun akan semakin murah. Beberapa pihak kemudian menganggap berlian buatan laboratorium tidak akan bisa menjadi instrumen investasi dikarenakan nilai penjualan kembali yang rendah.
Tantangan berikutnya adalah pada etika bisnis, di mana mulai bermunculan pihak-pihak yang tidak transparan pada pelanggan terkait apakah berlian yang dijual buatan laboratorium atau alami.
Walau begitu, pesona berlian buatan laboratorium belum menunjukkan tanda kemunduran. Beberapa jenama global bahkan turut meramaikan fenomena ini. Misalnya saja TAG Heuer, melalui jam tangan Carrera Plasma Diamant D’avant-Garde, yang menghiasi bagian dial dan crown dengan berlian buatan laboratorium berukuran besar dan bersiluet unik sebagai simbol kreativitas yang menembus batas. Langkah serupa diambil oleh Prada yang telah merilis koleksi menggunakan berlian buatan laboratorium sejak Oktober 2023 lalu.
Situasi serupa juga terjadi di Indonesia. Lihat saja manuver yang dilakukan oleh nama-nama seperti Sol et Terre dan ISAGO, yang notabene menyematkan prinsip keberlanjutan pada setiap produknya. “Kami ingin rangkaian perhiasan dari Sol et Terre tak sekadar memberi keindahan pada pemakainya, tetapi juga diproduksi tanpa berdampak buruk kepada lingkungan hidup dan manusia, sehingga dapat ikut melestarikan bumi,” tutur Chelsea Islan, mewakili Sol et Terre.
Saat ini, berlian buatan laboratorium mungkin belum memasuki arus utama. Tetapi melihat langkah-langkah pemainnya, antusiasme dari ragam jenama lokal, serta kesadaran lingkungan yang juga terus meningkat, bukan tidak mungkin dinamika popularitasnya menyamai apa yang terjadi di Amerika Serikat.
Sebaliknya dari “kubu” berlian murni, Petronella Soan; COO dari PT Central Mega Kencana yang menaungi Frank & Co, Mondial, dan The Palace; mengungkapkan belum adanya rencana untuk berekspansi ke bisnis berlian buatan laboratorium. “Karena kita belum tahu seberapa rendah harga berlian buatan laboratorium akan turun, bukan tidak mungkin suatu saat harganya justru bisa menyamai atau bahkan menggantikan zirkonia kubik,” tuturnya.
“Lalu, ada juga persepsi tentang bagaimana berlian buatan laboratorium itu pasti berkelanjutan dan ramah lingkungan. Padahal, mesin dan energi yang digunakan di laboratorium itu juga pasti mengeluarkan emisi.”
Menariknya, terlepas dari argumen-argumen tersebut, fenomena yang dipicu oleh berlian buatan laboratorium ini secara tidak langsung mendorong perkembangan industri berlian secara keseluruhan ke arah yang lebih baik. Dari sisi global, nama besar seperti Chopard telah mendeklarasi komitmen mereka dengan bergabung di Responsible Jewelry Council dan memenuhi seluruh standar dan kode praktik yang disepakati.
Ungkapan senada juga diutarakan oleh Petronella Soan, “Sejak pertama kali CMK memproduksi perhiasan, kami berjanji pada semua pemangku kepentingan bahwa seluruh material yang digunakan berasal dari sumber terpercaya dan etis.”
Maka jika kita kembali ke pertanyaan tentang nilai dan kualitas, jawaban terbaik akan berdasar pada nilai fundamental kita masing-masing. Khususnya dalam memaknai keindahan dan tanggung jawab di kehidupan modern.
Berlian, pada akhirnya akan tetap menjadi simbol kemewahan. Sebagian orang menemukan nilai tersebut pada aspek historis, atau prosesnya yang padat karya. Sebagian lagi menemukannya pada makna yang diukirnya sendiri, maupun kisah-kisah sentimental yang dialaminya sendiri. Lantas, yang manakah Anda?